Masyarakat seringkali mengartikan Bell’s Palsy dan Stroke itu sama, padahal keduanya berbeda. Penafsiran yang salah pada gejala dapat menimbulkan disinformasi dan bahkan pengobatan yang salah.
Apa itu Bell’s Palsy?
Bell’s Palsy adalah kelemahan atau kelumpuhan sementara pada otot wajah (Mardatila, 2020). Bell’s palsy merupakan penyakit idiopatik dan saraf tepi yang bersifat akut serta mengenai nervus fasialis dengan menginervasi seluruh otot wajah sehingga menyebabkan kelemahan atau paralisis satu sisi wajah (Yudawijaya dan Yuwono, 2016). Kondisi ini menyebabkan sebagian wajah terkulai atau kaku, sehingga pasien menjadi kesulitan untuk menggerakkan mulut dan mata di satu sisi. Umumnya Bell’s Palsy bersifat sementara dan akan hilang dalam beberapa pekan. Kondisi ini dapat menjangkiti pasien dari segala rentang usia, namun mayoritas penderita Bell’s Palsy berusia 15 – 45 tahun (Supriyanto, 2021).
Apa itu Stroke?
WHO (World Health Organization) mendefinisikan Stroke sebagai kadaan ditemukannya tanda klinis yang berkembang cepat berupa defisit neurologik fokal dan global (Kemenkes RI, 2018). Stroke terjadi karena adanya pembuluh darah otak yang tersumbat atau pecah. Hal ini mengakibatkan sebagian otak tidak mendapatkan pasokan darah dengan kandungan oksigen yang diperlukan sehingga mengalami kematian jaringan. Stroke dipicu oleh beberapa faktor risiko seperti tekanan darah tinggi, pecandu rokok, penyakit jantung, gula darah tinggi, dan berat badan berlebih (Afifah, 2020).
Gejala Stroke Vs Bell’s Palsy
Gejala Stroke umumnya terjadi secara cepat mendadak, berbeda dengan Bell’s Palsy yang menunjukkan gejala secara bertahap dan berlangsung selama beberapa hari. Dilansir dari Kompas, ada beberapa persamaan gejala antara Stroke dan Bell’s Palsy yaitu:
- Raut wajah menjadi asimetris karena terdistorsi
- Lidah menjadi tidak peka terhadap rasa
- Air mata tidak dapat dikontrol di salah satu kelopak mata
- Kesulitan menahan air liur
Gejala Bell’s Palsy yang “heboh” cenderung membuat banyak orang beranggapan bahwa bahwa penyakit tersebut berbahaya, padahal tidak. Berikut tabel yang menyajikan perbedaan gejala Stroke dan Bell’s Palsy:
Stroke | Bell’s Palsy |
Disertai kelemahan anggota gerak tubuh. | Tidak disertai kelemahan anggota gerak tubuh. |
Disebabkan oleh rusaknya bagian otak yang mengatur pergerakan salah satu sisi tubuh dan wajah. | Disebabkan rusaknya saraf fasialis yang mengontrol ekspresi dan gerak wajah. |
(Wiwit, S., 2010)
Fisiohome: Solusi Stroke dan Bell’s Palsy
Setelah membaca artikel di atas, apakah anda mengalami gejala yang telah disebutkan? Apabila benar, jangan melakukan self diagnose! Konsultasikan keluhan anda melalui www.fisiohome.id. Fisiohome menyediakan layanan konsultasi dan fisioterapi yang hadir ke rumah bagi anda dan keluarga. Tunggu apa lagi? Jangan lupa follow Instagram kami @fisiohome.id dan nantikan update menarik seputar layanan serta edukasi mengenai fisioterapi.
Ditulis oleh Anneke Virna Murdoko
References
Afifah, M N. (2020). 10 Penyebab Stroke dan Faktor Risikonya. Diakses pada 12 Agustus 2021 melalui https://health.kompas.com/read/2020/10/11/121200068/10-penyebab-stroke- dan-faktor-risikonya?page=all
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2018). Apa itu Stroke?. Diakses pada 13 Agustus 2021 melalui http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/stroke/apa-itu-stroke
Mardatila, Ani. (2020). Penyebab Bell’s Palsy, Pengertian, Gejala, dan Cara Pengobatannya. Diakses pada 12 Agustus 2021 melalui https://www.merdeka.com/sumut/penyebab-bells-palsy-pengertian-gejala-dan-cara-pengobatannya-kln.html?page=1
Supriyanto, Irwan. (2021). Pendahuluan Bell’s Palsy. Diakses pada 12 Agustus 2021 melalui https://www.alomedika.com/penyakit/neurologi/bells-palsy
S., Wiwit. (2010). Stroke & Penanganannya: Memahami, Mencegah, & Mengobati Stroke. Yogyakarta: Katahati.
Yudawijaya, A., dan E. Yuwono. (2016). “Bell’s palsy: Anatomi hingga Tatalaksana”. Majalah Kedokteran UKI XXXII