FISIOHOME – Terapi chiropractic adalah sebuah terapi yang bermanfaat bagi sistem saraf tulang. Akan tetapi, terapi tersebut masih pro kontra, mengingat adanya kasus kematian akibat terapi ini. Sebagian lagi mungkin kurang familiar dengan istilah chiropractic.
Dalam Artikel Ini:
ToggleApa Itu Terapi Chiropractic?
Chiropractic ialah ilmu yang didalamnya mempelajari tentang pencegahan dan penyembuhan penyakit atau masalah medis terkait sistem pada saraf tulang belakang. Metode perawatan chiropractic sama sekali tidak melibatkan penggunaan obat-obatan kimia maupun operasi bedah.
Terapi ini bertujuan agar dapat memperbaiki saraf pada tulang belakang, yang dapat mengembalikan pergeseran pada tulang belakang. Bagian dalam tubuh yang digeser oleh terapi chiropractic ialah sendi, otot, maupun saraf di dalam ruas tulang belakang.
Amankah Terapi Chiropractic?
Apakah Chiropractic berbahaya? Chiropractic sebenarnya bisa dikatakan aman, dengan catatan harus dilakukan oleh ahlinya atau spesialis yang telah berpengalaman bahkan berlisensi dan biasanya disebut sebagai chiropractors. Umumnya terapi chiropractic memakai alat kecil atau tangan untuk membantu mengendalikan tarikan mendadak pada sendi-sendi dibagian tulang belakang yang menyimpan lebih banyak saraf.
Terapi chiropractic biasanya dilakukan kepada pasien yang mengeluhkan sakit punggung belakang, sakit kepala dan sakit leher yang tidak mereda. Komplikasi serius yang disebabkan oleh terapi ini sebenarnya sangat jarang terjadi, akan tetapi jika terjadi, biasanya menyebabkan beberapa hal berikut:
- Hernia di lempengan area tulang belakang.
- Membuat kondisi hernia di lempengan area tulang belakang memburuk.
- Saraf terjepit atau cauda equina syndrome.
- Stroke yang disebabkan oleh arteri vertebralis terputus yang bisa terjadi sesudah dilakukan manipulasi leher.
Mengingat terapi chiropractic beresiko, maka tidak dianjurkan dilakukan pada orang-orang yang mempunyai osteoporosis serius, mempunyai gejala kesemutan atau mati rasa, hingga kaki dan tangan lemas, kanker tulang belakang, ketidakstabilan tulang belakang hingga pasien beresiko stroke tinggi.
Jadi, pertanyaan apakah chiropractic berbahaya, maka jawabannya memang cukup berbahaya atau beresiko. Apalagi jika tidak dilakukan oleh orang yang ahli atau spesialis chiropractic.
Perbedaan Chiropractic dan Fisioterapi
Apa perbedaan chiropractic dan fisioterapi? Jika chiropractic adalah terapi yang dilakukan untuk mengatasi sakit di area punggung bagian belakang, Sementara itu, fisioterapi adalah sejenis pengobatan untuk mengatasi permasalahan pada gerak tubuh akibat penyakit atau kecelakaan tertentu. Keduanya ini harus dilakukan oleh spesialis yang sudah professional.
Menurut penjelasan dr. Didik Librianto, SpOT(K)-Spine, sekaligus sebagai ketua Ortopedi Spine Indonesia, menjelaskan bahwa fisioterapi dan chiropractic jelas berbeda. Ia menganggap bahwa chiropractic bukan termasuk ilmu kedokteran, dan dikategorikan sebagai sebuah metode pengobatan tradisional.
Sementara dalam ilmu kedokteran sendiri tidak mengenal istilah chiropractic, sehingga di luar medis. Perbedaan chiropractic dan fisioterapi dapat dilihat dari metodenya. Selain itu, Dr Didik menambahkan bahwa chiropractic bukan termasuk bagian dari fisioterapi. Ilmu fisioterapi biasanya didapat dari Pendidikan spesialis dan kedokteran, sedangkan ilmu chiropractic didapatkan melalui kursus.
Oleh karena itu, dokter menyarankan untuk memeriksakan kondisi kelainan pada tubuh terlebih dahulu sebelum dilakukannya terapi chiropractic.
Manfaat dari Terapi Chiropractic
Ada beberapa manfaat terapi chiropractic yang sudah dirasakan beberapa orang yang pernah melakukan terapi ini, diantaranya:
1. Mengobati Sakit Pinggang dan Leher
Chiropractic bermanfaat bagi orang yang sakit pinggang dan leher. Biasanya rasa sakit di area pinggang dan leher bisa disembuhkan melalui beberapa teknik dari chiropractic oleh chiropractor professional dan ahli.
Apabila ada kesalahan, maka rasa sakit di area pinggang dan leher dapat disembuhkan. Akan tetapi, anda sebelumnya harus berkonsultasi terlebih dahulu ke dokter tulang atau ortopedi sebelum melakukan terapi ini di bagian yang bisa dikatakan cukup vital ini.
2. Mengatasi Nyeri Sendi
Manfaat terapi chiropractic lainnya adalah dapat mengatasi nyeri sendi dengan tidak memakai obat antiinflamasi. Biasanya chiropractic dimanfaatkan untuk mengatasi nyeri sendi tanpa operasi. Salah satu manfaatnya ini dikarenakan teknik chiropractic yang bisa menggerakkan beberapa bagian sendi sebagai penyebab dari rasa sakit. Saat posisi sendi dan tulang kembali lagi pada posisi semula, maka nyeri sendi dapat terobati.
3. Terapi Kelainan Tulang
Chiropractic juga dapat dilakukan sebagai terapi kelainan tulang, semisal kyphosis. Chiropractic memiliki teknik yang bisa meningkatkan posisi pada tulang tertentu yang mempunyai kelainan.
4. Meredakan Migrain
Migrain dan sakit kepala adalah masalah yang seringkali dialami banyak orang. Bagi yang enggan minum obat pereda nyeri, biasanya lebih memilih terapi chiropractic terpercaya yang dilakukan oleh ahli chiropractor.
5. Mengatasi Efek Samping Obat-Obatan
Karena pengobatan chiropractic biasanya dilakukan secara alami, maka tidak membutuhkan obat-obatan yang dapat menyembuhkan pasien. Pemakaian obat kimia biasanya mempunyai efek samping serius serta bisa mengakibatkan masalah lainnya.
6. Memperoleh Penanganan Tepat Waktu
Chiropractic adalah penanganan holistic, ketika melakukan pemeriksaan, biasanya chiropractor menemukan penyakit atau kondisi yang sebelumnya belum terdeteksi. Dengan mendeteksi penyakit tertentu secara dini, bisa memudahkan penyembuhan dan penanganan.
Akan tetapi, selain memberikan manfaat chiropractic juga dapat memberikan efek samping tertentu. Beberapa efek samping yang bisa dirasakan pasien diantaranya bisa memungkinkan cedera. Karena terapi ini memakai beberapa alat dan tangan. Jadi kemungkinan pasien mengalami cedera bisa saja terjadi.
Terapi chiropractic juga bisa memicu terjadinya stroke. Diawali dengan adanya luka sobek pada arteri. Robeknya arteri bisa mengakibatkan gumpalan darah. Pecahnya bekuan darah bisa mengakibatkan aliran darah menuju otak, hingga berakhir stroke. Oleh sebab itu, pastikan untuk berkonsultasi terlebih dahulu sebelum terapi ini.