Daftar Isi
ToggleStroke Hemoragik Dan Non Hemoragik, Stroke adalah kondisi medis darurat yang terjadi akibat terganggunya suplai darah ke otak. Gangguan ini bisa menyebabkan kematian sel otak dalam hitungan menit, memicu kerusakan fungsi tubuh yang dikendalikan oleh bagian otak tersebut. Stroke menjadi penyebab kematian dan kecacatan nomor dua di Indonesia, sehingga masyarakat perlu mengenal gejala dan jenisnya. Penanganan cepat sangat mempengaruhi tingkat kesembuhan serta mencegah komplikasi lanjutan. Pemahaman tentang jenis stroke, terutama perbedaan stroke hemoragik dan non hemoragik, penting agar proses pencegahan dan rehabilitasi berjalan maksimal.

Banyak orang hanya mengenal stroke secara umum tanpa memahami bahwa stroke terbagi dalam dua kategori utama. Masing-masing jenis memiliki penyebab, proses terjadinya, dan penanganan yang berbeda. Dengan edukasi yang tepat, keluarga pasien dapat lebih waspada dan siap membantu proses pemulihan. Selain itu, masyarakat juga didorong untuk mengenali faktor risiko agar bisa menurunkan kemungkinan terkena stroke. Artikel ini akan membahas perbedaan stroke hemoragik dan non hemoragik secara detail, dengan bahasa mudah dipahami.
Perbedaan Stroke Hemoragik Dan Non Hemoragik
Baca juga artikel: Pantangan Makanan Frozen Shoulder
Pengertian Stroke Hemoragik
Stroke hemoragik terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah, menyebabkan perdarahan ke jaringan otak di sekitarnya. Kondisi ini membuat jaringan otak terdesak oleh volume darah yang keluar, merusak sel, dan menghentikan suplai oksigen ke area tersebut. Penyebab paling sering adalah tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol atau kelainan pembuluh darah bawaan. Stroke hemoragik umumnya memiliki gejala yang muncul mendadak dan memburuk sangat cepat.
Pasien stroke hemoragik sering menunjukkan tanda seperti sakit kepala hebat, mual, muntah, gangguan kesadaran, bahkan kejang. Karena proses perdarahan ini, risiko kematian cenderung lebih tinggi dibanding stroke non hemoragik. Penanganan medis harus dilakukan segera untuk menghentikan perdarahan dan menurunkan tekanan di dalam otak. Oleh sebab itu, masyarakat harus memahami gejalanya agar tidak terlambat membawa pasien ke rumah sakit.
Pengertian Stroke Non Hemoragik
Stroke non hemoragik, atau disebut juga stroke iskemik, adalah jenis stroke yang paling sering terjadi. Stroke ini disebabkan oleh adanya penyumbatan pada pembuluh darah otak, sehingga aliran darah terhenti dan sel otak kekurangan oksigen. Faktor risiko utama adalah kolesterol tinggi, diabetes, hipertensi, serta gaya hidup yang tidak aktif. Sekitar 80 persen kasus stroke di Indonesia termasuk kategori non hemoragik.
Gejala stroke non hemoragik bisa berupa kelemahan tiba-tiba pada salah satu sisi tubuh, bicara tidak jelas, wajah terlihat menurun di satu sisi, atau kehilangan koordinasi. Penanganan stroke jenis ini berfokus pada membuka sumbatan secepat mungkin agar jaringan otak tidak mati lebih luas. Terapi trombolitik adalah salah satu prosedur medis yang digunakan untuk melarutkan gumpalan darah. Pasien harus ditangani dalam waktu kurang dari 4,5 jam setelah serangan agar peluang kesembuhan lebih tinggi.
Faktor Risiko Kedua Jenis Stroke
Baik stroke hemoragik maupun non hemoragik memiliki faktor risiko yang hampir mirip. Hipertensi menjadi faktor pemicu terbesar, diikuti oleh kolesterol tinggi, diabetes, obesitas, dan kebiasaan merokok. Tekanan darah tinggi yang kronis bisa merusak pembuluh darah otak sehingga rentan pecah atau tersumbat. Selain itu, pola makan tinggi lemak jenuh dan garam juga meningkatkan risiko serangan stroke.
Gaya hidup modern yang minim aktivitas fisik membuat risiko semakin tinggi. Orang dengan stres berlebihan juga memiliki kecenderungan lebih besar mengalami hipertensi, yang kemudian berujung stroke. Mengenali faktor risiko sejak dini sangat penting agar tindakan pencegahan bisa diterapkan lebih cepat. Dengan pola makan sehat, olahraga teratur, dan pemeriksaan rutin, peluang terhindar dari stroke akan semakin besar.
Gejala Klinis yang Perlu Diwaspadai
Gejala stroke pada dasarnya terjadi tiba-tiba dan progresif. Tanda umum mencakup wajah tidak simetris, salah satu sisi tubuh terasa lemah, kesulitan berbicara, serta gangguan penglihatan. Pada stroke hemoragik, pasien sering disertai sakit kepala sangat berat dan muntah hebat. Sementara pada stroke non hemoragik, gejalanya mungkin sedikit lebih ringan di awal tetapi tetap memerlukan penanganan darurat.
Penting untuk melakukan uji FAST (Face, Arm, Speech, Time) sebagai deteksi awal stroke. Face berarti memeriksa wajah pasien apakah mencong, Arm untuk mengecek apakah satu lengan turun, Speech untuk melihat kelancaran bicara, dan Time menunjukkan perlunya tindakan cepat. Jika ditemukan gejala, segera bawa ke rumah sakit terdekat tanpa menunda. Setiap detik sangat berarti untuk menyelamatkan fungsi otak pasien.
Pemeriksaan dan Diagnosis
Untuk membedakan jenis stroke, dokter akan melakukan pemeriksaan CT scan atau MRI kepala. CT scan berguna untuk mendeteksi adanya perdarahan di otak, sedangkan MRI lebih sensitif melihat kerusakan jaringan otak akibat sumbatan. Pemeriksaan darah juga dilakukan untuk menilai kadar kolesterol, gula darah, dan fungsi organ lain. Kadang dibutuhkan tes tambahan seperti angiografi otak untuk melihat detail pembuluh darah.
Diagnosis yang tepat akan menentukan tindakan penanganan. Jika perdarahan ditemukan, maka tindakan operasi mungkin diperlukan untuk mengurangi tekanan di dalam otak. Sementara jika stroke non hemoragik terdeteksi, terapi obat pelarut bekuan darah bisa segera diberikan. Karena itu, penting datang ke rumah sakit sesegera mungkin agar dokter punya cukup waktu memilih terapi terbaik.
Rehabilitasi Pasca Stroke
Setelah fase akut ditangani, proses rehabilitasi menjadi tahap berikutnya yang sangat penting. Banyak pasien stroke mengalami kelumpuhan sebagian atau kesulitan berbicara. Program fisioterapi dan terapi okupasi akan membantu pasien mengembalikan fungsi motorik, koordinasi, serta kemampuan beraktivitas sehari-hari. Rehabilitasi ini tidak bisa instan, memerlukan kesabaran dan latihan rutin.
Keluarga juga perlu dilibatkan agar pasien tetap termotivasi menjalani terapi. Latihan di rumah seperti menggerakkan tangan, belajar berjalan, atau menulis kembali bisa dilakukan bersama keluarga. Semakin cepat dimulai, hasilnya akan semakin baik. Selain itu, pengawasan tenaga medis tetap diperlukan agar gerakan latihan tidak menimbulkan cedera baru. Dengan pendampingan yang tepat, peluang pasien pulih lebih optimal.
Komplikasi yang Dapat Terjadi
Stroke, baik hemoragik maupun non hemoragik, memiliki potensi komplikasi serius. Salah satunya adalah pembengkakan otak yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran hingga koma. Infeksi paru, luka tekan, dan gangguan menelan juga sering muncul akibat imobilitas pasien. Selain itu, gangguan emosi seperti depresi atau kecemasan sering dialami pasca stroke.
Pencegahan komplikasi menjadi salah satu prioritas dalam penanganan stroke. Dokter dan tim rehabilitasi akan memantau ketat agar pasien tidak mengalami masalah tambahan. Asupan nutrisi juga harus diperhatikan agar daya tahan tubuh tetap kuat. Keluarga diimbau selalu mendampingi pasien untuk mengurangi risiko stres dan kesepian yang bisa memperburuk kondisi mental.
Pencegahan Stroke di Masa Depan
Setelah mengalami satu kali serangan stroke, risiko terjadinya serangan ulang cukup besar. Karena itu, pencegahan sekunder harus dijalankan seumur hidup. Kontrol tekanan darah, kadar kolesterol, dan gula darah adalah langkah paling dasar. Dokter biasanya akan meresepkan obat antiplatelet atau antikoagulan untuk mengurangi risiko pembekuan darah di pembuluh darah otak.
Selain itu, perubahan gaya hidup mutlak diperlukan. Berhenti merokok, membatasi alkohol, rutin olahraga, dan mengonsumsi makanan sehat adalah kunci utama. Konsultasi rutin dengan dokter sangat disarankan agar kondisi pembuluh darah selalu terpantau. Dengan disiplin dan dukungan keluarga, pasien stroke bisa menjalani hidup lebih berkualitas.
Pertanyaan yang Sering Ditanyakan Pasien dan Keluarga
Banyak pasien bertanya apakah stroke hemoragik lebih berbahaya dibanding stroke non hemoragik. Jawabannya ya, karena perdarahan di otak berpotensi menekan jaringan otak secara fatal. Namun, stroke non hemoragik juga berbahaya jika tidak segera ditangani. Keduanya harus dianggap kondisi gawat darurat.
Pertanyaan lain, apakah stroke bisa kambuh? Tentu saja bisa, terutama jika faktor risikonya tidak dikontrol dengan baik. Inilah alasan kontrol kesehatan rutin dan gaya hidup sehat menjadi sangat penting setelah sembuh dari stroke. Pasien juga menanyakan apakah terapi fisioterapi wajib dilakukan. Jawabannya, sangat wajib karena tanpa latihan, fungsi gerak bisa sulit pulih.
Harapan Pemulihan Pasien Stroke

Meski stroke menakutkan, banyak pasien bisa pulih dan kembali mandiri berkat penanganan cepat dan terapi yang tepat. Harapan selalu ada selama keluarga dan pasien mau bekerja sama dengan tim medis. Semangat pasien, kedisiplinan latihan, serta pola makan seimbang menjadi modal terbesar untuk kesembuhan.
Fasilitas kesehatan kini juga semakin mendukung proses rehabilitasi stroke, baik di rumah sakit maupun homecare. Pasien tak perlu merasa sendiri dalam menghadapi perjalanan panjang pemulihan. Dengan sinergi semua pihak, kualitas hidup pasca stroke tetap bisa dijaga agar mandiri dan bermakna.
Baca juga artikel: Gerakan Terapi Stroke Sebelah Kiri
Informasi Pemesanan Layanan Fisioterapi
Bagi Anda yang membutuhkan layanan fisioterapi profesional khusus stroke, kami siap membantu. Silakan hubungi kami melalui telepon di +62 856-5790-1160 atau WhatsApp di +62 882-9874-5399. Anda juga dapat mengirim email ke [email protected]. Kami melayani setiap hari Senin sampai Minggu pukul 09.00–18.00 di QP Office, Perkantoran Tanjung Mas Raya, Blok B1 No. 44, Jakarta Selatan, 12530. Jangan ragu berkonsultasi agar proses pemulihan berjalan lebih aman dan nyaman.
Terakhir diperbarui : Kamis, 10 Juli 2025
Referensi penulisan:
Halodoc. “Ini 2 Perbedaan Stroke Non Hemoragik dan Hemoragik“, https://www.halodoc.com/artikel/ini-2-perbedaan-stroke-non-hemoragik-dan-hemoragik?srsltid=AfmBOoq5tfS94-5L3JbC6zbr_M11g0rHx8O3Yeq8HXDbRMRgObByj5s0, diakses 10 Juli 2025.
Journal Scientic. “Perbedaan Diagnosis Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik dengan Hasil Transcranial Doppler di RSUP Dr. M. Djamil Padang“, https://journal.scientic.id/index.php/sciena/article/download/72/53/193, diakses 10 Juli 2025.
Mandaya Hospital Group. “Apa itu Stroke Iskemik? Ini Bedanya dengan Stroke Hemoragik“, https://mandayahospitalgroup.com/id/stroke-iskemik/, diakses 10 Juli 2025.













