Piriformis syndrome adalah gangguan neuromuskular yang cukup sering terjadi namun kerap tidak dikenali. Kondisi ini disebabkan oleh tekanan atau iritasi otot piriformis terhadap saraf skiatik—saraf utama yang menjalar dari punggung bawah hingga kaki. Akibat tekanan tersebut, penderita bisa merasakan nyeri, kesemutan, hingga mati rasa di bokong yang menjalar ke paha atau betis. Gejalanya sangat mirip dengan hernia diskus atau nyeri punggung bawah biasa, sehingga diagnosisnya sering terlambat. Meskipun terdengar ringan, sindrom ini dapat sangat mengganggu aktivitas harian jika tidak segera ditangani dengan tepat.

Piriformis syndrome juga dikenal sebagai penyebab utama nyeri yang tidak khas pada bokong, terutama pada orang yang banyak duduk, mengangkat beban, atau sering beraktivitas dengan gerakan pinggul berulang. Kebiasaan seperti menyimpan dompet di saku belakang dan duduk di atasnya selama berjam-jam turut memicu tekanan tidak alami pada otot ini. Akibatnya, peradangan bisa terjadi dan memicu iritasi pada saraf skiatik yang sensitif. Jika tidak ditangani, kondisi ini bisa berkembang menjadi masalah kronis yang memerlukan penanganan jangka panjang. Oleh karena itu, mengenali penyebab dan gejalanya secara dini sangat penting untuk mencegah dampak lebih lanjut.
Dalam Artikel Ini:
TogglePiriformis Syndrome: Penyebab, Gejala, dan Cara Mengatasinya
Ada beberapa penyebab utama yang dapat memicu munculnya piriformis syndrome, dan sayangnya banyak berasal dari kebiasaan kecil yang sering diabaikan. Salah satu faktor paling umum adalah posisi duduk yang tidak ergonomis, terutama jika dilakukan dalam durasi lama tanpa jeda. Duduk di atas dompet, ponsel, atau benda keras lain di saku belakang secara terus-menerus dapat memberikan tekanan langsung pada otot piriformis, memicu iritasi, hingga peradangan. Tekanan tersebut mengganggu keseimbangan otot di sekitar pinggul dan punggung bawah, membuat tubuh bekerja lebih keras dalam posisi yang tidak ideal. Jika dibiarkan, kondisi ini akan berkembang menjadi gangguan muskuloskeletal yang sulit dikembalikan ke posisi normal.
Aktivitas fisik juga menjadi pemicu, terutama jika dilakukan secara berlebihan atau tanpa teknik yang benar. Misalnya, lari jarak jauh tanpa pemanasan, angkat beban dengan postur salah, atau gerakan pinggul yang terlalu repetitif bisa memberikan beban berlebih pada otot piriformis. Dalam jangka panjang, tekanan ini menyebabkan jaringan otot menjadi kaku dan menekan saraf skiatik yang berada di dekatnya. Ketidakseimbangan otot panggul akibat cedera lama atau kebiasaan duduk miring juga menjadi faktor risiko yang sering tak disadari. Padahal, kondisi ini bisa dicegah dengan latihan penguatan dan peregangan yang konsisten.
Selain dari kebiasaan harian dan aktivitas fisik, faktor anatomi tubuh juga bisa berkontribusi terhadap munculnya piriformis syndrome. Beberapa orang memiliki struktur otot atau jalur saraf skiatik yang berbeda dari umumnya, sehingga membuat mereka lebih rentan terhadap tekanan otot. Jika ditambah dengan gaya hidup sedentari dan kebiasaan duduk terlalu lama, maka risiko gangguan ini meningkat drastis. Aktivitas seperti mengemudi berjam-jam, bekerja dengan posisi tidak ideal, atau duduk menyamping saat bersantai turut mempercepat timbulnya gejala. Oleh karena itu, penting untuk mengenali pola hidup yang dapat memicu kondisi ini dan melakukan perubahan sejak dini demi mencegah komplikasi lebih lanjut.
Gejala yang Perlu Diwaspadai
Gejala piriformis syndrome bisa sangat bervariasi tergantung pada tingkat iritasi saraf dan kekuatan otot yang terlibat. Gejala awal biasanya berupa nyeri tumpul di area bokong, yang bisa menjadi tajam ketika penderita duduk dalam waktu lama. Rasa nyeri tersebut sering menjalar ke bagian belakang paha dan bahkan hingga ke betis atau kaki, menyerupai linu panggul (sciatica). Beberapa orang juga merasakan kesemutan atau mati rasa, terutama saat menaiki tangga atau berdiri dari posisi duduk. Pada tahap lanjut, penderita bisa merasa tidak nyaman hanya karena tekanan ringan di bokong, misalnya saat duduk di kursi keras.
Penting untuk dicatat bahwa nyeri dari piriformis syndrome sering kali bertambah parah saat duduk, berjalan cepat, atau melakukan aktivitas yang memutar pinggul. Ini menjadi pembeda dari hernia diskus atau nyeri punggung biasa, yang lebih parah saat membungkuk atau mengangkat beban. Jika dibiarkan, gangguan ini dapat memengaruhi pola tidur, postur tubuh, hingga keseimbangan saat berjalan. Maka dari itu, mengenali gejala lebih awal akan membantu proses penyembuhan menjadi lebih efektif dan tidak berkembang menjadi kondisi kronis. Konsultasi dengan ahli fisioterapi atau dokter spesialis saraf sangat dianjurkan bila keluhan tidak kunjung membaik.
Baca juga artikel: Manfaat Berjalan Kaki Setiap Hari bagi Lansia
Dampak Jangka Panjang Jika Tidak Diobati
Piriformis syndrome yang tidak ditangani dengan benar dapat berkembang menjadi gangguan fungsional jangka panjang. Nyeri yang terus-menerus bisa membuat penderita enggan bergerak atau beraktivitas, yang akhirnya menyebabkan melemahnya otot-otot pendukung panggul dan punggung bawah. Kondisi ini bisa memperburuk postur tubuh secara keseluruhan, bahkan memicu keluhan tambahan seperti nyeri leher, bahu, atau lutut karena kompensasi gerak. Beberapa penderita juga mengalami gangguan tidur akibat ketidaknyamanan saat berbaring, yang berdampak pada suasana hati dan energi harian. Dalam jangka panjang, ketidakseimbangan otot dan tekanan saraf bisa memicu peradangan kronis yang sulit disembuhkan.
Ketika gejala sudah berlangsung lebih dari tiga bulan, kondisi ini dianggap kronis dan biasanya memerlukan penanganan medis berkelanjutan. Selain rasa sakit fisik, efek psikologis juga harus diperhatikan, karena rasa frustrasi akibat nyeri yang tak kunjung hilang dapat memicu stres atau depresi ringan. Jika sudah sampai tahap ini, terapi kombinasi antara fisioterapi, penguatan otot inti, dan perubahan gaya hidup menjadi sangat penting. Oleh sebab itu, intervensi sejak awal akan sangat membantu mencegah dampak yang lebih luas. Penanganan dini bukan hanya mencegah rasa sakit, tetapi juga menjaga produktivitas dan kualitas hidup seseorang.
Cara Mengatasi Piriformis Syndrome Secara Efektif
Penanganan piriformis syndrome dapat dilakukan melalui pendekatan konservatif yang aman dan bertahap. Salah satu metode paling efektif adalah fisioterapi, yang meliputi terapi manual, stretching otot piriformis, dan latihan penguatan otot inti. Latihan ini bertujuan untuk mengembalikan fleksibilitas otot dan mengurangi tekanan pada saraf skiatik. Selain itu, teknik relaksasi otot seperti pijat terapeutik, terapi panas atau dingin, serta penggunaan alat bantu juga sering direkomendasikan. Bagi pasien dengan nyeri hebat, dokter dapat memberikan injeksi anti-inflamasi atau melakukan dry needling untuk meredakan ketegangan otot secara langsung.

Selain terapi fisik, perubahan kebiasaan harian juga sangat penting. Menghindari duduk di atas dompet atau permukaan keras, serta menggunakan kursi ergonomis akan sangat membantu. Aktivitas berat yang memicu gejala juga perlu dibatasi sementara waktu. Jika diperlukan, pasien disarankan menggunakan bantal duduk khusus yang dapat meredam tekanan pada area bokong. Kombinasi antara terapi fisik dan perubahan gaya hidup ini terbukti memberikan hasil optimal dalam pemulihan piriformis syndrome.
Peran Fisioterapis dalam Rehabilitasi
Fisioterapis memiliki peran penting dalam membantu penderita piriformis syndrome pulih secara bertahap dan aman. Dengan penilaian menyeluruh terhadap postur, kekuatan otot, dan fleksibilitas tubuh, fisioterapis dapat merancang program terapi yang sesuai dengan kondisi individu. Terapi tidak hanya fokus pada pengurangan nyeri, tetapi juga pada pencegahan kekambuhan dengan membentuk kebiasaan gerak yang sehat. Selain itu, fisioterapis juga akan mengedukasi pasien tentang ergonomi duduk, posisi tidur yang tepat, dan latihan mandiri yang bisa dilakukan di rumah. Pendekatan yang personal dan konsisten inilah yang membuat fisioterapi menjadi metode unggulan dalam penanganan piriformis syndrome.
Baca juga artikel: Bahaya Menyimpan Dompet di Saku Belakang bagi Kesehatan
Dukungan Profesional dari Fisiohome
Jika Anda mengalami gejala nyeri di bokong yang menjalar ke kaki, atau sudah merasakan ketidaknyamanan saat duduk dalam waktu lama, layanan fisioterapi profesional dari Fisiohome dapat menjadi solusi terbaik. Fisiohome menawarkan layanan fisioterapi langsung ke rumah, didampingi oleh tenaga fisioterapis berpengalaman dan terlatih. Kami melayani pasien setiap hari, dari Senin hingga Minggu pukul 09.00–18.00, dengan pendekatan yang aman, personal, dan nyaman. Untuk pemesanan atau pertanyaan lebih lanjut, Anda dapat menghubungi kami melalui telepon di +62 856-5790-1160, WhatsApp di +62 882-9874-5399, atau email ke [email protected]. Anda juga dapat mengunjungi kantor kami di QP Office, Perkantoran Tanjung Mas Raya, Blok B1 No. 44, Jakarta Selatan, 12530, atau akses informasi lebih lanjut melalui situs resmi kami di https://fisiohome.id.
Referensi penulisan:
- Alodokter. “Sindrom Piriformis – Gejala, penyebab dan mengobati“, https://www.alodokter.com/sindrom-piriformis, diakses 15 Mei 2025.
- Siloam Hospitals. “Sindrom Piriformis – Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya“, https://www.siloamhospitals.com/informasi-siloam/artikel/apa-itu-sindrom-piriformis, diakses 15 Mei 2025.
- Cleveland Clinic. “Piriformis Syndrome“, https://my.clevelandclinic.org/health/diseases/23495-piriformis-syndrome, diakses 15 Mei 2025.